Alkisah, seorang ayah & anak lelakinya melakukan sebuah
perjalanan yang cukup panjang melintasi padang pasir dengan membawa
seekor keledai.
Karena memang keledainya hanya satu, maka dari awal pemberangkatan si
anak meminta ayahnya untuk menunggani keledai tersebut. Sementara si
anak bertugas untuk menuntun keledai tersebut.
Ayah dan anak inipun melewati sebuah desa. Dan di desa tersebut,
ternyata mereka mendengar gunjingan dari penduduk setempat. Diantara
yang mereka dengar adalah “dasar ayah yang tidak punya perasaan, masa
dia membiarkan anaknya berjalan, sementara dirinya enak-enaknya naik
keledai”. Mendengar gunjingan ini, ayahnyapun kemudian meminta si anak
untuk naik keledainya, sementara ayahnya turun. Si ayah berharap, tidak
ada lagi pergunjingan atau kata-kata miring dari penduduk desa yang
dilewatinya.
Dugaan si ayah meleset. Di desa berikutnya, mereka masih mendengar
gunjingan dari penduduk desa setempat. Kali ini kalimatnya lain, “wah,
dasar anak durhaka….tega-teganya dia memperlakukan ayahnya seperti itu.
Ayahnya disuruh berjalan, sementara dia enak-enaknya naik keledai.
Dimana penghormatan anak itu?”. Mendengar gunjingan ini, ayah dan anak
itupun akhirnya sepakat untuk sama-sama tidak menaiki keledai tersebut.
Si anak turun, dan berjalan di samping keledai bersama ayahnya.
Ternyata pergunjingan tidak berhenti. Di desa berikutnya, mereka
berdua malah disebut sebagai orang bodoh oleh penduduk desa yang mereka
lewati. Penduduk desa mengkritik mereka karena mereka membawa keledai,
tapi mereka hanya menuntunnya, tidak menaikinya. Bukankah fungsi keledai
adalah alat untuk transportasi?, pikir orang desa.
Ayah dan anak yang semakin bingung inipun akhirnya bermusyawarah, dan
sepakat untuk sama-sama menaiki keledai tersebut. Akhirnya si ayah dan
si anak secara bersamaan menunggangi keledai tersebut.
Dan luar biasanya, di desa berikutnya ternyata pergunjingan tidak
berakhir. Penduduk desa yang dilewati berkata “Sungguh, tega nian ayah
dan anak ini, demikian kejamkah mereka memperlakukan keledai itu, hingga
mereka mengungganginya di atas batas kesanggupan keledai itu?..masya
Allah”
Begitulah, ternyata apapun yang kita lakukan akan ada saja orang yang
tidak sepakat, tidak suka, atau bahkan sinis dengan apa yang kita
lakukan tersebut. Dan jika kita mengikuti semuanya, maka kita sendirilah
yang akan dibuat bingung pada akhirnya. Kadang tidak mudah untuk
berbuat sesuatu yang menurut kita benar. Omongan-omongan pesimistis dari
orang lain, menyebabkan keberanian kita menciut, dan kita memilih untuk
mempertimbangkan apa yang mereka katakan. Jika kita tidak tegas, kita
akan dibuat bingung, dan bahkan menjadi pribadi yang plin-plan karena
berharap untuk menyenangkan semua orang.
Maka, untuk menjadi pribadi yang teguh dan memiliki pencapaian yang
hebat, kita harus punya keyakinan mendalam terhadap apa yang kita
lakukan. Yakini & pastikan itu benar dan tidak bertentangan dengan
keyakinan & nilai-nilai yang kita anut. Pastikan pula, yang kita
lakukan mengandung manfaat besar, baik untuk diri kita pribadi maupun
orang lain.
Setelah itu, tugas kita hanyalah berusaha dan bekerja sekeras mungkin
untuk mewujudkannya. Jangan terlalu memusingkan apa yang dikatakan
orang lain, cukup bekerja dan buktikan. Para pemimpi besar di dunia ini,
mereka juga dulunya adalah orang-orang yang diragukan dan dicibir
banyak pihak. Tapi mereka mampu membuktikan sesuatu, yang pada akhirnya
membuat mereka dikagumi.
Selamat berkarya!!
Jika Ada orang yang berkata “anda tidak bisa….anda tidak mampu!!”
cukup diam…
lalu buktikan mereka salah!!
0 comments:
Post a Comment