Saat SMA, ada momen yang cukup luar biasa, yang biasanya terjadi setiap tahun. Momen dimana pada jam istirahat pertama sekitar jam 10an, mesjid sekolah menjadi penuh, para siswa beramai-ramai melakukan shalat dhuha, sebagian ditambah berdoa dan membaca Al-Qur’an. Begitupun waktu zhuhur, mesjid sudah dipenuhi siswa, bahkan beberapa menit sebelum adzan berkumandang.
Fenomena ini biasanya terjadi di masa-masa ujian, entah itu UAS, atau SNMPTN. DI beberapa sekolah, bahkan kegiatan rohani diinisiasi oleh pejabat sekolah, semisal mengadakan ceramah umum atau doa bersama untuk kesuksesan dan kelancaran UAS.
Dan biasanya, mesjid kembali sepi ketika ujian telah selesai, dan setiap siswa mendapatkan hasilnya. Kejadian seperti ini, tentunya bukan satu-satunya contoh tentang bagaimana karakter manusia dalam menghadapi kesulitan, atau masa krisis.
Saat kesulitan atau krisis terjadi, apalagi saat semuanya seolah di luar kontrol dan kendali kita, sebagian besar kita pasti punya semangat yang menggebu untuk mendekat, taat, dan minta pertolongan Allah SWT, dengan berbagai ibadah yang bisa kita lakukan. Saat terlilit utang, kita akan terdorong untuk melakukan shalat dhuha, dan lebih semangat untuk berdoa. Saat tak punya pekerjaan, kita rajinkan diri shaum sunnah dan tahajjud seraya berdoa memohon kemudahan. Saat menghadapi masalah besar, kita paksakan diri untuk bersedekah sebanyak dan sesering yang kita bisa, dan berharap Allah menolong dan memberikan jalan keluar dari setiap kepelikan yang kita hadapi.
Sayangnya, sifat buruk kita sebagai manusia justru sering kali kembali manakala apa yang kita inginkan akhirnya didapatkan. Kita tiba-tiba jadi lupa dan bahkan sombong saat kita mendapat rejeki dan kemudahan. Justru saat kita mendapatkan hajat yang kita minta, tiba-tiba saja kita lupa untuk mejaga kesinambungan amal kita. Dhuha yang rajin kita jalankan, tahajjud yang tak pernah terlewatkan, dan doa yang dibacakan dengan khusyu, tiba-tiba tenggelam oleh kebahagiaan kita. Astaghfirullah…..
Walaupun, tentu saja ada orang-orang yang beruntung. Orang-orang yang tetap taat dan tetap menjaga untuk dekat denganNya, saat mereka dianugerahi berbagai kemudahan.
Inilah dua pelajaran besar bagi kita. Pertama, bahwa ternyata kesulitan mengajarkan kita untuk dekat dengan Allah SWT. Kesulitan mengajarkan kita bahwa ada sebuah kekuatan yang Maha Besar, yang bisa membantu kita keluar dari masalah-masalah kita. Kesulitan mendorong kita untuk dekat, sedekat mungkin denganNya. Karena tidak ada jalan lain bagi kita, kecuali menggantungkan diri dan harapan hanya kepadaNya.
Karenanya, jangan terlampau sedih dengan kesulitan yang engkau hadapi, karena bisa jadi, itu adalah undangan Allah agar engkau semakin dekat denganNya.Pelajaran kedua, bahwa kita harus menjaga kesyukuran kita saat Allah memberikan kita berbagai kemudahan. Jangan sampai kita menjadi orang durhaka yang tiba-tiba melupakan Allah ketika keinginan kita terpenuhi. Tetaplah istiqomah, syukuri apa yang engkau capai. Karena bisa jadi, keberhasilan yang engkau dapatkan justru adalah ujian yang menakar sejauh mana kekuatan imanmu.
Jadi, baik dalam situasi sulit atau penuh kemudahan, tugas terbesar kita hidup di dunia adalah menjadi hambaNya yang mengabdikan diri dengan penuh ketulusan dan kemurnian. Karena di hadapannya, yang terbaik bukanlah siapa yang sulit atau siapa yang mudah, tapi siapa yang tetap dekat dan takut padaNya, dalam masa sulit atau masa mudahnya.
https://irvanrachmawan.wordpress.com/2012/01/16/hikmah-besar-di-balik-kesulitan/
0 comments:
Post a Comment